Seperti yang kita ketahui bersama, Aceh merupakan provinsi paling barat di Indonesia. Selain merupakan salah satu provinsi yang memperoleh gelar daerah Istimewa yang dulunya pernah terjadi pemberontakan bersenjata dan akhirnya berdamai dengan Indonesia pasca Tsunami menyapu sebagian besar wilayahnya. Namun apapun itu, semua sudah berlalu.
Kini kehidupan masyarakat di Aceh sangatlah damai dan aman, bahkan Aceh menjadi salah satu provinsi yang menyuguhkan beragam pesona wisata serta pesona budaya. Seperti halnya dengan apa yang terdapat di kabupaten Pidie yang dikenal dengan julukan KotaĀ Keureupuk Mulieng. Di kabupaten Pidie terdapat sebuah tarian yang dinamaiĀ Meugrob.
Meugrob merupakan tarian yang geraknya lebih mendominasi kepada gerakan kaki, sehingga tari Meugrob disebut sebagai seni hentakan kaki. Meugrob hanya ditampilkan pada malam lebaran Idulfitri. Kesenian tradisional yang telah tumbuh sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaan akibat dijajah oleh bangsa luar tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Gampong Pulo Lueng Teuga, Pidie, Aceh.
MeugrobĀ merupakan sebuah ungkapan kata yang dilakapkan oleh pelakunya sendiri pada sebuah ritual rateb atau zikir sambil menggerakkan badan.Ā MeugrobĀ jika diartikan ke bahasa Indonesia adalah meloncat, namun tidak ada satupun sumber tertulis dalam literatur sejarah yang menjelaskan tentangĀ MeugrobĀ dalam bentuk seni tari budaya.
Meugrob hanya berkembang di Gampong Lueng Teuga, tarian yang sudah menjadi sebuah tradisi wajib saat lebaran Idulfitri di gampong tersebut ditarikan oleh 20 orang penari dan 2 orang Syeh. Meugrob dilakukan secara serentak dan kompak, sehingga mengeluarkan suara hentakan sebagai irama pengiring.
Masyarakat Gampong Pulo Lueng Teuga menganggap tarian ini merupakan peninggalan sejarah yang wajib dilestarikan agar generasi Aceh dapat mengetahui dan menyaksikan peninggalan leluhur tersebut.Ā MeugrobĀ memiliki beberapa ragam gerak, yaituĀ TienggongĀ (jongkok),Ā SinthopĀ (hentak),Ā TiekuiĀ (merundukkan),Ā Chep-chepĀ (hentak-hentak),Ā Grietan ApuiĀ (kereta api),Ā Meugiek-giekĀ (saling berpelukan),Ā Moto TengĀ (mobil teng),Ā MeuayonĀ (berayun),Ā Meulienggong-lienggongĀ (meliak-liuk),Ā Meugiek Sira MeuwetĀ (berpelukan sambil berputar).
Dalam notasi,Ā MeugrobĀ menggunakan garis gerak, garis tengah, kolom-kolom, delapan simbol arah, tiga simbol level, tiga simbol putaran, dua jarum serta simbol kunci. Hampir semua gerakanĀ MeugrobĀ menggunakan simbol-simbol tersebut. NotasiĀ MeugrobĀ mempunyai banyak pengulangan dalam setiap gerakannya. Setiap gerakannya dapat terjadi 10Ć8 gerakan atau lebih. Pada setiap pergantian gerakan, para penariĀ MeugrobĀ melakukan gerakan chep-chep terlebih dahulu. Kemudian baru melakukan gerakan selanjutnya hingga tarian selesai.
Menarik bukan?
Sebagai masyarakat Aceh khususnya dan Indonesia pada umumnya, tentunya kita harus lebih mencintai budaya sendiri. Jangan sampai orang asing lebih mencintai budaya peninggalan leluhur kita yang sangat berharga ini. Nah, bagi Anda yang tertarik untuk menyaksikan tari Meugroeb, jangan sungkan-sungkan untuk berkunjung ke Pidie.
Recent Comments